Friday, February 22, 2008

Situ Lembang, Cicaruk, 19 Januari 2008


Malam cukup larut saat mesin beroda four wheel drive buatan tanah Britania Raya menguak kegelapan jalan makadam
berbatu dari pintu gerbang Komando, Cisarua, kabupaten Cimahi sisi utara itu. Masih cukup jelas meski samar-samar
Burangrang yang terlihat sangat gagah malam itu, meski kaki-kakimu sudah tak seperti dulu lagi. Malam itu dikakinya bertebaran cahaya lampu yang terpendar dari rumah-rumah warga atau bahkan villa-villa para juragan. Bau pupuk kandang bercampur dengan debu jalanan yang sesekali terisap masuk ke kabin masih seperti tahun-tahun yang lampau.
Lewat batas hutan, masih kuingat, setelah kemelut 98 kawasan ini telah berubah menjadi ladang penduduk dari hutan
semak belukar.

Dalam hatiku kala itu, sepertinya tinggal tunggu waktu menjadi kawasan hunian villa seperti
kejadian-kejadian yg sudah-sudah. Alhamdulillah malam itu kusyukuri, justru bahwa ladang penduduk telah berubah
menjadi hutan belukar kembali disela-sela pinus reboisasi tampaknya. Aroma dan aura alam raya belantara yang entah
sukar kudeskripsikan, masih sempat kuhirup dalam-dalam dari arah luar jendela. Selanjutnya masih seperti dulu, orang umum dilarang masuk, daerah latihan peluru tajam, lalu lebih baik pulang nama daripada gagal dalam tugas.
Mobil diparkir di dekat barak yang malam itu salah satunya menjadi posko panitia. Perjalanan lanjut dengan jalan
kaki melewati jalan setapak. Ya. Ya, aroma humus, kayu atau daun-daun yang basah oleh embun yang kami hirup malam
itu seperti aliran listrik yang masuk dan menambah kekuatan para Highlander. Api unggun yang sesekali membara di
dekat tenda kami adalah energi yang luar biasa bagi phisik & psikis kami yang cukup lama nyaman di jalur normal.
Secangkir kopi untuk kehangatan bersama beberapa dari kami, sensasi the real Indonesia, sebagaimana kisah2
perjalanan dalam waktu2 terbaik kami. Hutan belantara di sekitar kami adalah sahabat lama yang selalu menerima kami just the way we are. Malam itu disekeliling api unggun ada saudara-saudara kami Darmanto, Pentil, Abah, Kang Darjat, lalu Mas Sono. Setengah dua malam sebelum forum seputar api unggun ditutup resmi, saya sudah undur diri tidur di sleeping bag pinjaman, beralaskan matras yang masih juga pinjaman, untuk persiapan tenaga dalam upacara besok pagi. Saya tidur diluar tenda, saya masih percaya bahwa dengan menghirup sedalam-dalamnya aura dan aroma pepohonan, semak belukar dan rimba raya akan memberikan manfaat positif, dan mungkin membantu memperpanjang umur dan manfaat kita berada di alam raya ini. Deskripsi yang terlalu rumit atau justru terlalu sederhana. Ya, malam itu saya berada di tempat dimana saya pernah menemukan waktu-waktu dan saat-saat terbaik saya.
"Mengapa anak-anak yang di rumah tidak merasakan hidup yang seperti ini?" (lord badden powell)

Read More......