Monday, April 14, 2008

Pelan-pelan kutemukanmu


30m di belakang kantor atau tepatnya samping kantorku
di mejamu selalu ada koran sama seperti koran yg selalu nongol pagi-pagi di meja kerjaku
kata koran ada sekolah roboh di babakan ciparay bandung, lalu jatuh korban luka-luka
anak SD patah kaki, apakah kemudian patah semangatnya?
taun lalu ada iklan layanan masyarakat, gambar anak yang tak bisa sekolah
karena sekolahnya roboh karena anggaran negara yang harusnya jadi sekolahan
jadi investasi kos-kosan, reksadana atau desposito, pasif income katanya
atau karena anggaran bapak ibunya buat sekolah terbatas atau malah exceeded
lantaran harus memainkan skala prioritas, P1 sandang pangan, P sekian sekolah
barangkali kita selalu koar-koar, soal kebebasan media atau HAM lainnya
kita lupa mengagendakan demo besar-besaran soal anggaran pendidikan, atau bagaimana sekolah jadi murah atau feasible istilahnya

dampak kemunduran pendidikan sudah juga disepakati para ahli atau para akademisi
para ahli dan akademisi yang telah beruntung pernah sekolah gratis di negeri paman sam, hawaii, australi, atau jepang
tapi sayang keberuntungan itu belum dimanfaatkan maksimal, baru sebatas untuk aktualisasi atau keluarganya atau seponsornya
baru sepakat saja bahwa pendidikan itu penting lalu selebihnya SDM (senangkan diri masing2)
jalan-jalan makin semrawut krn pengemudi atau pengendara minim pendidikan
rambu-rambu berlaku cuma kalo ada polisi
ya pendidikan menyuarakan toleransi, penghargaan, tolong menolong & respect
di terminal tiket bandara, terminal bus, terminal KA, di kasir2 swalayan atau di kios2 minyak tanah kita lihat bapak2 atau ibu2 kaya miskin agak kaya agak miskin yang tidak paham apa itu antri
sepertinya berbanding lurus dengan kenyataan bahwa pendidikan kita carut marut
bicara pendidikan temtu bukan cuma soal akademis yang bermuara nilai ABCDE atau akademisi dalam reality show yang sekarang ini justru jadi ideologi bersama ideologi sinetron, ideologi nudity sebagai ekspresi hak yang bisa disaksikan kanak-kanak, yang telah disepakati untuk menggusur ideologi komunis yang katanya haram itu
orang miskin dilarang sekolah, sindiran kawan2, pernah kubaca di pintu FT UGM dekat tempat satpam
tapi pamplet itu sepertinya sudah luntur diguyur hujan atau diterpa debu pancaroba
apakabar Ihin di sudut jalur anak sungai Musi yang pernah kubaca di Fotomedia edisi anak tahun 95? apakah dia sekarang sudah kuliah atau justru sudah jadi orang besar?
segelas kecil kopi pahit di warung mbak Endang, sudah hampir ampas
kapankah berita-berita derita sudut-sudut negeri ini terganti berita gembira dari berbagai penjuru tanah air?
lalu sebuah lembaran tercecer berisikan sebuah headline dari atap dunia
yang menghendaki kemerdekaan atau setidaknya kebebasan media
ingatanku menerawang ke seputar 98, saudaraku, bila pun bergerak jangan tirukan jejak kami
dasar bergerak adalah ideologi, dan ideologimu tidak haram bila berbeda dengan ideologi paman sam, beranikan saja bila memang berbeda
mana saja kiblat yang cocok mao, islam, fidel, che, dalai lama, budha, rasta, barat, sah semua
yang tidak sah bila "maksud baik" menimbulkan derita bagi orang lain
pelan-pelan kutemukanmu, secangkir kopi pahit, seperti yang kami ramu untuk kami hirup di hutan-hutan, di gunung-gunung, tepian sungai atau di tengah lautan
biarlah kopi kami saja yang pahit, dan hidup kami selalu manis

Read More......