Sunday, June 29, 2008

Masiyan

Catatan ini kebetulan saya baca pas lg buka2 catetan2 lama yg saya simpan di komunikator lethek saya disela-sela perjalanan ke Bangka. Ya, tempo hari kami diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk dapat menunaikan haji. Bagi saya haji adalah sebuah pembuktian teka-teki, soal segala rumor, gosip, isu, mitos dan prasangka yang beredar dan menggayuti pikiran calon peserta yang awam, termasuk juga saya. -Istilah prasangka saya kutip dari buku Psikologi Prasangka Orang Indonesia, Sarlito Wirawan- yg dipinjami oleh salah seorang kawan baik saya.
Sejak pertama saya berangkat saya selalu membayangkan atau menganalogikan haji dengan perjalanan2 atau penjelajahan2 lain sebelumnya yg sedikit banyak pernah kami alami. Standard operasional prosedur jelas, mulai dari jumlah hari, perbekalan, anggota tim, safety prosedur dlsb. Entahlah, khusus perjalanan haji ini ada sedikit yg aneh yg kami lakukan soal persiapan dan selanjutnya antisipasinya. Banyak hal yg sebelumnya benar-benar saya yakini soal standard perjalanan, misal soal perbekalan, dalam pelaksanaan karena melihat apa yang dilakukan orang2 di sekitar saya menjadikan saya gamang, dan selanjutnya saya "melanggar/melawan" banyak keyakinan2 dan prinsip2 saya. Akhirnya terbukti, bahwa kekaguman, keheranan, ketakjuban yang berlebihan terhadap object, situasi atau sesuatu hal satu saat dapat menyimpangkan "langkah2 logis" yang akan kita ambil.
Masiyan adalah sebuah bentuk peribadatan haji diantara sekian banyak cara, dimana si pilgrim melaksanakan movement yg dari Mekah ke Arofah dan selanjutnya kembali lagi ke Masjidil Harom untuk Thowaf dengan berjalan kaki, mungkin dari kata Masih, penjelajah. Kalo bahasa Jawanya mbambung, selama hari2 Haji seperti gelandangan krn tidur di tenda mandiri, bukan yg disediakan pemerintah. Ada yang menyatakan total perjalanan "cuma" 50 km, tapi saya percaya dengan Mas Garmin, GPS saya, di GPS total jalan kaki kami sekitar 70 sekian kilometer, kurang 30km-an saat kami longmarch dalam Pendidikan Dasar Wanadri, tahun 96 lalu. Hanya saja perjalanan ini diikuti oleh Ibu saya tercinta yg memang sudah mendambakan perjalanan ini sejak tahun-tahun sebelumnya dan istri saya tercinta. Dan usia Ibu saya tidak muda lagi, lebih dari 65 tahun. Sampai-sampai kami terpaksa menyiapkan sebuah kursi roda untuk antisipasi yang Alhamdulillah selanjutnya hanya termanfaatkan untuk membawa perbekalan yg minim, dan Ibu saya cukup kuat untuk menyelesaikan etape demi etape. Selanjutnya terbukti bahwa, kemauan dan niat yang kuat akan membantu kita survive, dimanapun kita berada.
Biar tidak terlalu rumit dan to the point, ini ada beberapa tips yg dapat diadop, (kusalin dari catatan perjalananku, sbg evaluasi atas apa yg telah kualami) :
MASIYAN Evaluasi/anjuran PALJAL Masiyan Haji :
1. 1-2 paket ransum TNI tergantung porsi makan
2. Kompor parafin krn gas dilarang di beberapa tempat + parafin 1 pack
3. Misting (untuk beregu) + alat makan
4. Pisau serbaguna untuk masak, potong tali, bikin tenda
5. Minuman kalori (mis : energen), kopi susu dll
6. Tissu gulung (2 roll)
7. Sandal gunung yang nyaman
8. Balsam aau analgesik cream yg tdk wangi untuk mencegah kram, boleh diganti jahe+minyak
9. Obat-obatan pribadi
10. Paselin kulit atau dpt diganti minyak komando yg murah meriah tapi baunya aduhai, pelicin sekitar selangkangan
11. Ransel kecil/daypack
12. Air minum untuk masak
13. Fly sheet
Bila kita menyempatkan membawa yg repot-repot seperti chek list di atas, tidak menggantungkan diri pada lingkungan (misal: beli aja toh banyak yg jualan), Insya Alloh kita nyaman di dalam ibadah kita tersebut. Secangkir kopi panas yg agak manis ditengah teriknya matahari yg menyinari padang Arofah, insya Alloh akan membantu membuat pikiran kemepyar, nyamannnn. Kalau kita mengandalkan membeli misalnya, maka bisa saja mental kita menjadi down melihat manusia demikian buanyak di sebuah padang yg lebar kawasannya tetap, bersaing dalam akses ke fasilitas2 umum, atau makanan yang dapat dibeli, dengan 2,5 juta manusia. Jadi repot di depan tidak mengapa asal di proses berikutnya nyaman, seperti semangatnya lagu lama Bang Roma.
Satu lagi yg kalo memang dibawa akan lebih baik adalah GPS,akan membantu menuntun kita bila tersesat. Dan sebagian besar kasus sesat adalah karena pligrim tidak melakukan orientasi medan dan pengenalan lingkungan atau sejak dari tanah air sudah terlalu mempercayai informasi Pak Kiyai bahwa di Mekah atau Madinah akan membuat orang mudah tersesat atau bahkan banyak kejadian2 aneh. Jadi,laksanakanlah ibadah haji dengan penuh "kesadaran" atas apa2 yang perlu dipersiapkan.

Read More......

Friday, June 6, 2008

Semoga menyesatkanmu

Semoga menyesatkanmu,
untuk sempat singgah di rumah seorang jagawana atau polisi hutan di desa torean kaki gunung rinjani. Lalu menyempatkan diri menjenguk ada apa di dapur rumahnya karena sepertinya memang tidak ada apa-apa disana untuk disuguhkan. Aku berharap tangan2 dinginmu segera mengambil inisiatif membuka sisa bekal perjalanan kita. Kopi, teh, gula, biskuit, ikan asin atau sardin. Agar sejenak kemudian akan terhidang di hadapan kita makan pagi yang cukup standar bagi kita orang kota, tetapi hidangan pesta bagi keluarga mereka. Sebelum bila matahari mulai meninggi dan kita beranjak dari rumah itu, menuju pangkalan ojek yang membawa kita ke peradaban. Semalaman mimpi kita diayunkan di balai-balai dingin, yang dihangatkan dengan persahabatan dan aura alam raya.
Semoga menyesatkanmu,
untuk sempat singgah di warung wedi ombo. Permulaan jalan setapak yang mengantarkan kita ke tebing-tebing karang. Lalu semalaman kita bergelut dengan dingin malam sambil mencoba peruntungan kail-kail yang kita pasang di tebing-tebing lemah abang. Menunggu ikan-ikan yang tersesat menyongsong umpan-umpan kita, lalu kita akan berpeluh dan bersitegang agar buruan dapat kita amankan. Paginya akan kita susuri kembali jalan setapak, lalu singgah di warung itu. Lalu kita akan belajar bagaimana rakyat kita bertahan hidup, di tengah kekurangan air, minimnya modal memilih sebuah usaha,dan alam yang keras. Dan disana kita mulai mempercayai kebenaran sebuah firman yang bercerita tentang burung-burung. Gorengan dengan minyak jelantah dan secangkir kopi yang biji-bijinya tertumbuk kasar, memberikan cafein yang memompa darah ke otak kita dengan lancar, lalu otak kita menerawang jauh menembus ruang dan waktu, menemui masa-masa terbaik kita.
Semoga ini menyesatkanmu,
sebuah jalan setapak yang berdebu, yang mengantarkan kita kepada keluarga seorang pemburu tulen di kaki bukit tunggul. Seorang buruh penggarap kebun sayur yang handal. Mungkin kami tidak akan bertemu lagi, tetapi kata hercules dalam sebuah film, sebagian dari dirinya akan terus hidup. Semoga saja hari ini jauh lebih baik dari 10 tahun lalu. Singgahlah langsung ke dapur, di sudut paling kanan ada tempat air dan disebelahnya ada tungku dan sebelahnya lagi ada semacam meja atau lemari. Taruh saja kopi, gula, teh, ikan asin dan beras di sana. Kita berharap siang itu akan menjadi hari yang menyenangkan, sambil mengenangkan pengalaman pahit di masa lalu, 10 tahun yang telah lewat. Saat badai krisis moneter memporak-porandakan keceriaan kampung ini. Dan kita cuma punya kopi encer untuk dinikmati warga kampung itu serta sebungkus rokok kretek, ya cuma itu yang kita punya kala itu. Siang ini seharusnya berbeda, aroma kopi yang kita bawa dari kota, yang dipanen petani dari bukit-gunung di flores, aceh, bengkulu, sidikalang, kalimantan atau toraja. Aroma kopi dari tempat-tempat terbaik di tanah air itu biarlah bertemu aura bukit tunggul. Jangan kawatir, dinginnya geger sunten dan kebun kina akan memberikan kekuatan, seperti para highlander.
Semoga membantu menyesatkanmu,
puisi-puisi terbaik yang menghembuskan angin kekuatan untuk bertahan hidup, atau lagu-lagu yang menyanyikan kemanusiaan dan alam tanpa harus terdengar menggurui. Atau petuah-petuah para pengembara, pemburu praire, penjelajah sudut-sudut dunia yang kata-kata dalam kalimatnya tentu timbul dari pengalaman hidup, pahit dan manisnya, yang terceritakan dari gurat-gurat wajahnya, ya ini racun empedu yang mengaktifkan imun kita.
Dan kalaupun sesekali berbicara soal cinta, mestinya dia menjadi sesuatu yang mengalir saja seperti angin gunung yang membawa daun2 jatuh di tepian hutan dan tidak cengeng diucapkan, biarlah sederhana saja, seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api, yang menjadikannya abu. Atau seperti kata yang tak sempat diucapkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Ya, semoga membantu menyesatkanmu.

Read More......

Tuesday, June 3, 2008

about keindahan

...
Dan bagi saya, keindahan itu terletak pada kemanusiaan, yaitu perjuangan untuk kemanusiaan, pembebasan terhadap penindasan. Jadi keindahan itu terletak pada kemurnian kemanusiaan, bukan dalam mengutak-atik bahasa. (Pramoedya AT)

Read More......

Sunday, June 1, 2008

Flow (?)

Kawan saya seorang psikolog sekaligus akademisi berkata, flow adalah keadaan dimana tidak ada lagi jarak antara si pembaca & bacaannya. Si pembaca seakan-akan menyatu atau hanyut dalam bacaannya.
Banyak hal yang mempengaruhi hidup seseorang, termasuk buku-buku bacaan. Buku Scouting for Boys diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Memandu untuk Putra. Sejak membacanya di sekretariat Astacala kurang lebih 12 tahun lalu, buku lawas itu belum pernah saya temukan lagi.

Dahulu saya juga seorang anak
Masa-masa terbaik saya sebagai seorang anak adalah ketika saya bersama empat orang saudara laki-laki saya menjadi pandu laut dan menjelajah pantai-pantai Inggris. Bukan pandu laut yang sebenarnya, karena di masa itu, pandu laut belum ada. Tetapi saat dimana kami berlayar dengan perahu kami yang kami diami & menjelajah, pada segala cuaca dan semua musim, dan kami menikmati segala sesuatu untuk kami terima dengan gembira....
Ya, saya benar-benar menikmati hidup yang seperti ini, dan saya berfikir, “ Mengapa anak-anak yang di rumah tidak menikmati hidup yang seperti ini juga?” Saya tahu bahwa tiap-tiap anak laki-laki yang berdarah merah gemar akan petualangan dan hidup di alam terbuka,.....
Kapten John Smith adalah seorang yang selalu riang gembira, bahkan anak-anak yang pernah mendengarkan ceritanya selalu terheran-heran kepadanya, karena ia selalu tertawa ketika menceritakan pengalaman kesulitan-kesulitan yang pernah dihadapinya sekalipun. Seandainya Kapten John Smith bukan orang yang selalu gembira, maka tidak separohnya pun kesulitan-kesulitan yang dapat dihadapinya....
(Scouting for boys, Lord Badden Powell)

Read More......