Saturday, November 15, 2008

prapatan, living on the edge

Sekolah anak ini adalah sekolah nasional, yg belum juga terpecahkan teka-teki artinya bagiku, atau masih malu nanya2 apa artinya. Apa karena bahasa pengantarnya pake bahasa inggris dan juga diajarkan Mandarin, lalu sekolah itu disebut national school? Bukankah yg tepat international school? Atau artinya sekolah negri? Tapi mengapa baju seragamnya yg putih merah hanya dipakai di hari tertentu yg cuma sehari sepertinya, berbeda dengan ingatanku saat sekolah di SD negeri pendrikan lebih dari 2dua dasawarsa yg lewat.
Bagi yang datang dari 'suburban' seperti saya, akan gumun dengan sekolah yg modern & terkesan mutachir seperti itu, asli. Guru-gurunya ramah atau minimal selalu memasang mimik yang ramah, dan kalau 17an selalu rame dengan lomba-lomba buat siswa & orang tuanya. Di sekolah itu juga disediakan jasa psikolog, terutama untuk membantu masalah perkembangan psikis anak, meski tidak menutup kemungkianan psikis orang tuanya. Di sekolah itu ada tukang parkir dan satpam yg disamping memantau mobil juga memantau para penjemput, dan mereka hapal orang-orangnya. Ruang kelas ber AC dan staff pembantu, dari satpam sampai cleaning service menggunakan pengantar bahasa inggris sesama mereka. sekali-sekali saya juga mencoba menyapa atau berkomunikasi dengan mereka memakai bahasa inggris, tapi ya jarang-jarang sekali, berhubung minim kosakata dan cuma hapal it is = itu. pendek kata, sekolah ini seperti digambarkan oleh andrea hirata dalam novelnya laskar pelangi, sebagai antagonis sekolah muhamadiyahnya,sekolah PN.
minggu lalu dengan tergesa-gesa saya mengambilkan laporan pendidikan berupa nilai siswa/rapot, berbeda dengan rapot kami waktu SD dulu di kampung pendrikan. Rapot tengah semester yang ini banyak pake bahasa inggris, dan ada keterangan tuntas atau tidak tuntas,dikaitkan dengan passing grade utk nilai2 mata pelajaran itu. Formatnya justru malah mengingatkan rapot TK dulu yg diisi kalimat2 : kemandirian, suka menangis, mengganggu teman, yg kemudian ada tanda x sana sini.
akhirnya terjebak juga aku dalam sebuah situasi yg disebut menimbang dan lalu memilih. ketika seorang anak kecil yg kadang2 tampil sebagai replikaku dihadapkan pada sebuah situasi, yang kami sebagai orang yg lebih dulu lahir dan lebih dulu ndolor menganggapnya berada pada sebuah titik warning. ketika nilai rapot mid semesternya (bukan catur wulan lagi) ada mata pelajaran yang alarm?
orang tua kita, guru-guru kita, lingkungan kita yang selalu normal & beradab mengkondisikan kita untuk mempunyai anggapan bahwa nilai rapor yang jeblok adalah tanda2 bencana buat masa depan, yang perlu disikapi dan diambil tindakan.
mencermati rapor, nilai anak itu lumayan, untuk semua mata pelajaran, selain matematika, science & english. nah, masalahnya kata orang itu yang pokok? (gambar avatar lagi mrenges).
Yang paling mencolok adalah metematika, dengan passing grade 65 dan hasil yang dia capai adalah 35, tidak tuntas. Untuk science & English masih deket2 tapi di bawah passing grade juga. beberapa kali anak ini mengikuti remedial untuk matapelajaran matematika ini. Dan kalau dicermati dengan membandingkan hasil belajarnya di rumah dan pekerjaan sekolahnya, masalah dia bukan di kemampuan otak buat berhitung, tapi lebih ke masalah konsentrasi. bila di rumah dia mudah tergoda adiknya yang sedang main buat bergabung, kalau di sekolah dia gampang terpengaruh kawan-kawannya buat buru-buru keluar kelas.
aparat sekolah menganjurkannya buat ikut les, yang kalau di sekolah ini disebut club. mengingat masalah terberatnya, dia diikutkan math club & english club. rengekannya buat megikuti sportclub, minatnya, akhirnya kami kabulkan juga. sebaliknya rengekan darinya buat memohon-mohon & mencari alasan tidak ikut math club. saya mikir & berharap, hal-hal yg diminatinya dapat mengkompensasi kemalasannya untuk 'diperadabkan' di math club. Ya, karena bagi saya waktu kecil sampai SMA, les adalah penjara, kita di dalamnya cuma menunggu & berharap jarum jam berputar cepat untuk berakhirnya. Dan Ibu saya masih sering mengulang2, kalo aku dulu lebih memilih berangkat latihan kung fu di aula basket SMA loyola daripada ikut les bahasa inggris.
siang tadi terasa kembali sulit juga untuk membujuknya mengikuti mathclub, seperti yg sudah-sudah, akhirnya kukeluarkan juga "sabda motivasi rahasia seri 1" dari sekian puluh yg tidak pernah kuhitung tetapi sering muncul di saat tepat, "kak, besok2 lagi kalau nilai semester atau midnya bisa mencapai 70 aja (lebih sedikit dari passing grade yg 65), dia boleh tidak usah les lagi" dan sepertinya dengan berat hati dia mau dan mampu merasa bisa mencapai passing grade lebih sedikit itu.
mengapa memotivasi dengan "cuma" itu rupanya kembali ke persoalan saat ini yang direfleksikan ke masa lalu. saya mencoba mengaktualkan riwayat hidup saya saat masuk & sekolah di SMP, SMA dan mendaftar PT, Akademi, Sekolah Tinggi dll yang lebih sering lulus "sangat memuaskan" dengan predikat "lolos dari lubang jarum". masuk SMP sy melewati NEM minimal dgn nilai 40,67 (lolos minimal 40,61), masuk SMA jg dgn cukup lebih 1,n. mendaftar PT pun lolos dr lubang jarum ketika waktu ujian buat masuk STTTelkom, masuk Sekbang PLP curug & Sekbang Merpati, bersamaan. dan saya lolos dalam ketiga tahap ujina tersebut. Waktu kuliah pun, sy pernah terselamatkan dari DO oleh sebuah nilai A untuk siskom yang kontras dengan sekian banyak nilai C dan satu nilai D. keyakinan saya bahwa melewati sebuah kelas atau seleksi tidak harus terus menjadi yg terbaik, asalkan tidak kena garukan, asalkan lulus, asal tidak DO, menjadi motivasi yg kuat. Dan akhir masa kuliah-pun lulus dari kampus dengan nilai IPK 2,53 sedikit lebih besar dati nilai ambang batas IPK, yaitu 2,5. hal-hal yang menyerempet-menyerampat resiko itu tanpa sadar ngin kutularkan untuk mengkompensasi ketidakminatannya terhadap sesuatu mata pelajaran. apakah benar atau salah? entahlah, toh saya tidak tahu rahasia Tuhan terhadap mahluk-mahluknya.
yang jelas tidak eksplisit kukatakan kepadanya, bahwa apapun jalan hidupnya saat dewasa kelak, dia harus sadar & aku akan menghormatinya. kelak dia akan dewasa memilih menjadi seorang yang dipandang sebagai kelas "cerdas, cerdik pandai, cendekia" yang "beradab" yang menyampaikan intelektualitasnya lewat nilai A dalam semua matakuliah atau bidang kesarjanaan, atau lewat sebuah karya tulisan apapun dengan bahasa dan deskripsi yg rumit & berselera tinggi. dia boleh juga menjadi dewasa dengan cukup "menjadi orang bodoh" dengan nilai C yg sdh dianggap anugrah, -menirukan deskripsi itu dari andrea hirata di satu halaman laskar pelanginya-, seperti pilihan atau juga kebetulan-kebetulan dari jalan hidup Bapaknya, untuk mengkompensasi segala jenis kegiatan, iseng, kenakalan, uthil, eksplorasi dan petualangan yang tidak pernah ada SKS-nya. dia boleh jadi seniman, dia boleh jadi peneliti, dia boleh jadi pengajar, dia boleh jadi wartawan, dia boleh jadi fotografer, dia boleh jadi tentara, boleh jadi pemain bola atau gerilyawan sekalipun. harapku dia harus "sukses" untuk itu, dengan (minimal) sedikit saja memegang idealisme, kejujuran, dan keberanian, untuk menempuh resiko-resiko dari petualangan menyingkap kabut misteri kehidupan & "permainan" Tuhan atas makhluk2nya, untuk dirinya, tanah air dan ilmu pengetahuan, dimana di sana ada pergulatan pikiran, cinta, roman, momen, harapan, atau penjelajahan itu sendiri.

kayu agung, 15 november 2008, ditulis di sebuah koordinat dan sebuah pagi yang pernah menjadi misteri. CO: S 03 23' 39.3" E 104 49' 53.5".



Read More......

Monday, November 10, 2008

drama sedih milik ibu


seorang ibu menangis sampai terduduk, ketika sebuah mobil caraka kurir berita angkatan darat amerika memasuki halaman luas rumah ibunda tersebut. seorang ibu, seorang wanita yang tanpa harus dibacakan isi beritanya-pun sudah cukup mengerti dan merasakan apa yang telah terjadi. ia telah kehilangan anak-anak laki-lakinya yang sangat dicintainya. sebuah berita duka tentang tiga ryan-nya dari dari empat ryan yang dimilikinya yang berangkat ke medan perang di Normandia, Prancis. tiga buah berita duka yang diterimanya dalam hari yang sama.
cerita utama perang tentu soal heroisme yang menggelora dan pertarungan ideologi yang sangat global soal hitam putih, benar salah, atau jahat baik, yang kemudian menjadi headline di koran-koran atau media. sementara detail-detail fragmen-nya adalah kedukaan seorang ibu yang begitu mendalam terhadap anak-anak yang dicintanya, yang dibesarkannya sejak kecil mulai dari ditimang-timang, membelikannya mainan, menyekolahkannya sampai kemudian sejarah merenggut anak-anaknya. kalau kemudian ryan yang ke-empat yang bertarung dalam pertaruhan hidup dan mati di seputar koordinat Neuville-au-Plain, Manche, berhasil diselamatkan sebuah regu pencari yang dipipin oleh kapten miller, dan lantas datang juga kemudian sebuah ucapan terima kasih dari presiden-nya, tidak akan menghilangkan sedihnya kehilangan tiga putra tercinta.
fragmen pertarungan ideologi yang berujung pertempuran baik skala besar maupun terbatas selalu menghadirkan kedukaan dari orang-orang yang mencintai pelaku-pelakunya. bahwasanya suatu saat ideologi yang dipercaya paling benar-pun akan menemui egoisme-nya, disamping relativitas kebenaran dari ideologi itu sendiri. dia akan membuta kepada segala sesuatu selain kepentingannya. dan hal ini rupanya akan terus terjadi sepanjang sejarah. semua pihak yang bertarung mengalaminya dan soal siapa sutradara-nya saja yang kemudian menggerakkan pena menulis skenario atau memoar. bukankah sejarah adalah milik dari para pemenang?
beberapa jam lalu baca berita, nonton TV, soal eksekusi mati 3 orang anak manusia yang meyakini secara mutlak kebenaran-kebenaran prinsip2nya yang bagi mereka sebagian diilhami oleh penindasan-penindasan yang tiada pernah menemui pembelaan, yang kemudian dipercaya sebagai sebab membenarkan & menggerakkan teror. tetapi yang lebih pasti dari soal pertentangan kebenaran itu, dibaliknya adalah soal dua orang ibunda yang kehilangan anak-anaknya. ibu hj embay badriyah kehilangan putranya abdul azis alias imam samudra dan ibu tariyem yang kehilangan mukhlas & amrozy.
dan hari itu, nyatalah sekali kasih seorang wanita yang disebut ibu itu, kasih dan cinta yang begitu lengkap, ia yang melahirkan anak-anaknya dengan rasa sakit dan taruhan nyawa, ia yang membesarkan anak-anaknya dengan kecukupan yang diada-adakan, ia yang mengurus anak-anaknya itu ketika berak di celana di waktu kecil, ia juga yang mengantarkan anaknya ke mendaftar ke sekolah ketika TK atau SD kelas satu, dan kemudian ia juga yang mengantarkan anak-anaknya itu ke kuburnya.
mereka berkumpul dengan alasan-alasan yang dapat dimengerti, dan mereka kemudian berpisah oleh sesuatu yang belum tentu dimengerti. kasih sayang yang tidak mengenal batas-batas ideologi dan tidak mengenal pertarungan 'maksud baik'.

....
One of the more famous incidents occurrred during the Civil War when President Lincoln wrote a letter to a Mrs. Bixby, who had lost several sons in the conflict. He states :

I have been shown in the files of the War Department a statement of the Adjutant General of Massachusetts, that you are the mother of five sons who have died gloriously on the field of battle.
I feel how weak and fruitless must be any words of mine which should attempt to beguile you from the grief of a loss so overwhelming. But I cannot refrain from tendering to you the consolation that may be found in the thanks of the Republic they died to save.

I pray that our Heavenly Father may assuage the anguish of your bereavement, and leave you only the cherished memory of the loved and lost, and the solemn pride that must be yours, to have laid so costly a sacrifice upon the altar of Freedom.

Yours, very sincerely and respectfully,

Abraham Lincoln




Read More......

wong pinter

perumahan tempat kami tinggal saat ini dikelilingi oleh parit yang selalu penuh oleh air, baik musim hujan maupun kemarau sebelumnya (cuma punya data referensi 1 tahun lalu). hal ini rupa-rupanya terjadi krn memang lokasi perumahan ini dulunya adalah rawa-rawa yang lalu sebagian diurug untuk memenuhi kebutuhah luas perumahan.
apa yang terpikir pertama kali saat tinggal sini mulai tahun lalu?
banyak nyamuk, jelas, dan rupa-rupanya lagi, melihat tampilan air parit dan aktivitas-nya secara snap shot, saya punya feeling tempat ini banyak ikan!
kekayaan alam yang "dahsyat' di tengah tahun 2008 ini, di sebuah kota yg tumbuh pesat (referensi berpikir tentu kota2 di jawa).
benar saja, beberapa malam sejak tinggal di sini kami sempat obrservasi "serius", dan benar saja suatu malam terpergok oleh senter kami, seekor ikan gabus dengan ukuran yg cukup besar di parit depan rumah kami.
kesimpulan sederhana penyelidikan malam itu : kawan2 & lawan2nya juga bisa jadi buanyak, dan tempat yg paling ideal buat nongkrongnya ikan-ikan ini, persis di samping rumah kontrakan kami itu. saya selalu menghubung-hubungkannya dengan ingatan ttg rumpon di laut jawa tempat dulu suharto suka memancing. ya, terminal tempat nongkrong ikan2 ini adalah sebuah ujung parit yg berakhir di tembok batas perumahan, tepatnya 2 meter dari batas perumahan.
di atasnya parit tersebut ditutup oleh beton2 cor2an semen yang disusun berjejer-jejer setiap 1 meter atau 80 cm. diantara beton satu dan beton yg lain, terdapat lubang yang cukup besar, sebesar kira2 20 cmx 15 cm, cukup besar buat memasang kail!
dan tutup-tutup beton tadi akan mengkondisikan parit di bawahnya menjadi teduh, tempat yang bagus buat berkumpulnya ikan, yang akan kami pancing. kami amati juga, bahwa di tempat itu juga adalah pertemuan dua arah parit, di sekitarnya akan menjadi rendezvous ikan-ikan. keadaan yang komplit.
hipotesa soal itu tidak perlu waktu lama buat dibuktikan.
benar saja, beberapa hari bulan-bulan awal kami di sini kami isi dengan mancing, hampir tiap hari dan juga malam. aku yang orang gajian baru dapat melakukannya malam2habis jam kantor & jam keluarga, kecuali hari sabtu atau minggu bila tidak ke luar kota.dan perolehan yang kami dapatkan dari hiburan ini juga tidak sedikit.
pernah suatu malam, dalam waktu yg tidak terlalu lama, kami dapat perolehan 9 ikan betik (betok) dan 3 ikan gabus. jumlah yg lumayan dr sebuah iseng-iseng yang gratis.
dan anak-anak saya beruntung, menemukan tempat memancing, bermain, dan mengadu untung, rekreasi & petualangan baru menyenangkan dan gratis.
anak-anak menikmati saat petualangan seru ini, saat umpan yg dipasang ditarik buruan, saat ikan yang ditarik ke atas terlepas, saat ikan meronta-ronta di ujung kail dan sensasi-sensasi lain yg mahal krn sudah susah ditemukan di kota-kota besar, di jawa sana.
anak-anak mulai tahu jenis-jenis ikan, seperti ikan betok yang mirip ksatria romawi, karena sirip insangnya terlihat bergerigi & melambangkan kekuatan alam yang liar, atau ikan gabus yang tubuhnya gilig, licin dan mirip dengan ular itumereka juga merasakan menyantap hasil buruan mereka yg telah digoreng.
oia, pernah suatu hari niven menangis tersedu-sedu, malam itu saya dapat ikan gabus besar, tapi krn susah melepas mata kailnya, akhirnya ikan tsb mati dan setelah kami bersihkan cuma kami masukkan ke kulkas, siangnya pulang sekolah niven dapat gabus yang besar juga, dia senang sekali, ikan yg masih hidup itu ditaruhnya di ember, akan dipamerkannya kepadaku, ayahnya, dengan rasa bangga tentunya.
sebuah kesalahpahaman terjadi, istriku minta si mbak buat memasak ikan yg sdh didapat semaleman, dan rupanya si mbak jg tidak tahu bhw di kulkas sdh ada jg buruan saya. dan si mbak tanpa merasa bersalah jg, mengeksekusi ikan hasil buruan niven, yg masih hidup, bukan yg di kulkas. niven sdg lengah main di tempat lain, tidak menjaganya. pulang main sore itu, dia menemui hasil 'miskomunikasi' ini, dan dia menangis sejadi-jadinya. dia sedih ikannya sdh dimasak, dia sedih hari itu tidak dapat memamerkan hasil karya atau 'kemenangannya' kepadaku. kalau inget sore itu, saya merasa bersedih, larut dlm kesedihannya niven, dengan niat baiknya.
beberapa waktu kemudian, kami telah melupakan kejadian itu, kami memulai kembali aktivitas memasang umpan jangkrik atau ulat bambu ke mata kail.
suatu hari, kesenangan itu mereda, terkalahkan oleh kelelahan-kelelahan dunia kerja yang kadang sulit dimengerti arah larinya yang lalu mengkompensasi kita dengan mengalahkan kesenangan-kesenangan kecil. pikirku, minat terhadap kesenangan tadi akan segera timbul bergelombang, padaku & anak-anakku.
suatu hari ada rapat RT yang tidak dapat kuikuti, dan memang, tidak banyak jumlah rapat RT & atau kerjabakti yg dapat kuikuti dengan load kerja yg demikian tinggi, alasanku. rapat itu tergerak karena kasus-kasus demam berdarah (DB) yang tinggi di kota ini, dan nyamuk2 yang tinggal di parit menanggung persepsi soal DB tersebut dan yg jelas tidak punya lembaga perwakilan tanya jawab hanya dapat menerima vonis tanpa perlawanan politik. penghuni-penghuni perumahan kalau aku perhatikan banyak "orang pinter" dan "penting", ada dokter, ada pegawai perkebunan atau pertanian, ada dandim, ada kapolsek, ada pak haji, ada pegawai pertamina, ada juga pegawai kantor telepon, ada juga pensiunan. latar belakang pendidikan-pun sudah tidak perlu diragukan lagi. orang-orang pinter. dan keputusan rapat malam itu adalah, untuk mencegah agar nyamuk tidak merajalela, maka "ujung" parit yang kami sebut sebagai terminal ikan tersebut harus ditimbun. diharapkan dengan menimbunnya, makan air di parit akan mengalir, sehingga nyamuk tidak dapat berbiak di sana.
Hah? tidak salahkan? logika bersama apa yang diambil? apakah orang-orang pinter di forum tidak mennyaidar bhw air yang ada di parit lebih krn dia masih menyimpan karakter rawa, bukan krn kontur yg tidak miring atau satu titik yg dianggap sebab? dan lalu harus ditimbunlah segmen sekitar 5-6 meter, yg pikirku tidak akan berdampak sedikitpun terhadap ratusan meter segmen yang lain yang memang tidak pernah mengalir? sebelum penimbunan beberapa kali kami sempat ngobrol dalam forum-forum terbatas beberapa org, mencoba mempersuasi mereka bhw yg mrk akan lakukan sia2. jujur lebih juga dipengaruhi kekawatiran hilangnya 'tempat main tempat mancing' kami yang menyenangkan itu. ingatanku melayang ketika saya SD dulu atau sebelum SD, di Semarang, dimana kami sempat memancing ikan betok di kali bima atau menawu ikan moto telu (tiga mata) di blumbang kampung belakang atau di blumbang di lokasi proyek (proyek perumahan elit), sebelum semuanya hilang, baik akibat degradasi kualitas lingkungan, atau berubah fungsi dari empang menjadi perumahan, arus kemajuan zaman.
beberapa hari kemudian pulang kerja aku dapati susunan beton penutup parit telah berubah, pelan tapi pasti segmen 6 meter terminal ikan, yang sesekali kami samakan dengan 'rumpon' seperti di berita-berita zaman suharto, ditimbun tanah urugan.
sedih dan kecewa, menyadari bahwa kebenaran umum atau keputusan bersama yang mulia, -yang notabene juga dihasilkan oleh pikiran-pikiran orang-orang pinter-, belum tentu itu kebenaran yang yg sebenarnya.
yang jelas kami kehilangan tempat bermain kami yg cuma bebrapa langkah dari pintu itu, dan nyamuk tidak pernah berkurang populasinya, dan parit tidak pernah mengalir seperti yang dibayangkan. konon memang, merasakan & menyikapi keseimbangan alam bukanlah fungsi dominan otak, rasio, atau kepintaran, tetapi dengan naluri, naluri yang terdorong oleh kecintaan, kecintaan akan alam apa adanya tempat kita bermain, berinteraksi, atau belajar dalam arti seluas-luasnya.


ditulis di malam pertama setelah balik mengungsi krn kebanjiran 2-3 hari sebelumnya.


Read More......

Saturday, November 8, 2008

tentang 80 tahun sumpah pemuda, yg tercecer dari gladian panji geografi 2008

jangan bertanya apa yaaang telah, negara berikan kepadamu...
tetapi tanyalah apa yaaang, tlah kau berikan pada negaramu...


lagu sumbang dengan tempo mars membubung di udara yang dingin. matahari pagi itu tidak sanggup menembus awan yang berlapis seperti pertahanan catenacio sepakbola italia. cuaca yg sangat cocok untuk meneruskan tidur malam yg tidak sungguh-sungguh nyenyak. angin tidak benar-benar bertiup, pohon-pohon di sekitar lapangan rumput persegi yang cukup lebar itu tidak banyak bergerak. sesekali saja daun-daun cemara yg sedikit mengering berguguran ke pinggiran lapangan yang menghadap ke barak-barak kecil. pohon-pohon cemara yang itu juga konon sudah tegak berdiri di tempat itu sejak tahun-tahun awal abad ini, ketika belanda menjadikannya sebagai tempat berlatih polisi-polisinya, mengamankan koloni-koloni dan aset-asetnya dari resiko-resiko pergolakan sosial inlander. sekarang ini tempat tersebut menjadi tempat latihan dasar salah satu tentara elit di negeri ini, kopassus, yang dipuja seperti dewa dengan simbol-simbol keberanian dan kehandalannya dalam setiap penugasan membela tanah air dari rongrongan 'instabilitas' sekaligus dicaci maki sebagai biang kerok berbagai masalah hak asasi manusia di negeri ini yang dalam suatu kurun penuh kekerasan. relativitas yang sebenarnya.
di puncak gundukan yg tertinggi di hadapan lapangan terdapat sebuah bangunan kecil berarsitektur londo. aku yang tidak paham dunia arsitektur, -yang cuma dapat menerangkan minat soal bangunan dengan kalimat pengin punya rumah kayu atau setengah kayu yang kecil saja dengan tanah halaman kebun dan padang rumput yang luas-, hanya dapat menebaknya dari bentuk bangunan yg tidak biasa itu. kalau kita dapat mengerahkan gingkang kita untuk mengapung di udara seperti avatar dan dapat melihat bangunan tersebut dari atas, maka kita akan melihat bentuk bujur sangkar, dengan penanda utama di sebuah sisinya meruncing sebuah tungku penghangat ruangan kalau di bawahnya dibakar kayu-kayu. memang beberapa wajah sudah berubah seiring waktu dan pertimbangan-pertimbangan kepraktisan, tapi seperti replika perahu pinisi, dia masih menyimpan energi sejarah.
bangunan itu baru dapat detail kami amati pada kesempatan itu, memang, sering terjadi di dalam hidup kita, hal-hal yang kita temui dekat di sekitar kita tidak kita sadari bentuk, fungsi, asal usul, apalagi sejarah yang melingkupinya. sampai kita diberikan kesempatan untuk dapat mengamatinya kemudian.
bangunan itu sepertinya dulu pernah jadi tempat nongkrongnya gubernur jenderal atau londo-londo yg lain barangkali mengamati latihan perang-perangan, atau entah untuk menikmati bentang alam pemandangan danau buatan yang indah yang dikelilingi gunung-gunung, sambil menghirup kopi terbaik di dunia.
disebelah-sebelahnya adalah barak-barak tadi yang menghadap lurus lapangan rumput, yang mungkin dulu disetting sbg barak-barak pengawal.
lagu-lagu sumbang belum berhenti, beberapa kesempatan diulang-ulang. lagu-lagu itu, yang sepertinya akan lucu dibawa ke mikropon tempat-tempat hiburan karaoke, dipercaya dapat menghidupkan suasana, semangat, kesadaran cinta tanah air, daya juang dari ratusan muda mudi yang "tersesat".

situlembang tak akan kulupaa, tempat kita berlatih bersamaa
tiap hari selalu ditempa, tuk menjadi panji muuda jayaa
itulah harapan bangsa dan negaraaa...


ya, seminggu itu enam ratus delapan puluh sekian muda mudi, dengan 600 muda dan delapan puluh sekian mudi dari hampir semua propinsi yang ada di tanah air ini, mereka mengalami sebuah pengalaman yang bisa jadi sekali seumur hidup. mereka memiliki berbagai latar belakang pendidikan, dari SLTA, kuliah, atau sudah tidak sekolah lagi, untuk memperhalus drop out. berbagai latar belakang suku, budaya, agama, adat, makanan kesukaan, lagu kegemaran atau buku-buku bacaan. dengan berbagai latar belakang minat atau akademis juga, terutama untuk perhimpunan kampus/sekolah, ada yang sekedar mencari kenalan, pengin dapat ilmu baru, keingin tahuan, pengin reuni dengan kawannya yg pernah ketemu dalam acara lain sebelumnya, atau sekedar mengikuti petunjuk gerbang misteri sebuah acara atau pertemuan, yang tidak pernah benar-benar bisa kita tebak deviasi antara harapan dan kenyataan. seminggu itu pemuda pemudi harapan bangsa ini melaksanakan pelatihan mitigasi bencana, how to minimize the effect of disaster, bencana dalam skala kecil maupun besar, dengan mengikuti latihan berbagai matra: rescue air, rescue tebing dan rescue gununghutan. setiap orang dapat memilih matra yang diminatinya.
kalangan panitia tidak kalah seru dan kompleksnya. panitia dari berbagai latar belakang, ada sipil ada militer, ada juga TKD, tentara karepe dhewe. istilah itu biasa kami gunakan buat menamai orang-orang yang lebih sering bergaya militeristik dibandingkan tentara sebenarnya, kalau dipikir-pikir malah tentara yang asli saja kalah persis. dan kadang-kadang saya merasa termasuk golongan yang itu. bacaan semasa kecil tentang Indian Amerika, Old Shaterhand & Winnetou, kisah petualangan-petualangan di hutan seperti Jungle James, Jhonny Quest atau kisah-kisah perang pasifik, buku tulisan Bapak Pandu Dunia, rupanya mempengaruhi saya untuk sering mendefinisikan diri sebagai penjelajah hutan, gerilyawan atau milisi-milisi inggris dalam sebuah tahap French and Indian War, atau para pathfinder di dalam perang sipil Amerika, dan juga para pencari jejak suku-suku Dayak. mendefinisikan diri dalam hal berpakaian saat "in action" atau dalam pola pikir, dan mungkin pola tindak. naluri yang kemudian muncul tanpa disadari dan tidak berusaha juga untuk dicegah. secara kasat mata, orang-orang seperti ini dapat ditebak dari style-nya saat tampil maksimal di medan operasi, bisa style Indian, bisa style loreng-loreng, bisa juga style petani atau vietcong. pendek kata, gunung hutan adalah aktualisasinya, seperti seorang penyanyi rock macam Mick Jaggernya dan Rolling Stonenya yang tampil ekspresif di panggung pertunjukan yang menjadi aktualisasinya. tampil maksimal, kata om bejat. karena aktualisasi, energi yg muncul jangan ditanya.
ide pertama kegiatan ini muncul dari petinggi korps baret merah, untuk membuat acara yang bertepatan dengan peringatan 100 tahun sumpah pemuda. bagi mereka dan rupanya juga bagi kami, hal itu penting. bukan masalah peringatan atau pembuatan monumennya, tapi soal sedikit hal yang dapat dilakukan pemuda pemudi kita dalam 100 tahun hari jadi-nya, untuk tanah air tercinta. dengan berusaha mensinkronkan persepsi-persepsi, soal penanganan bencana. ya, dan penanganan bencana cuma satu parameter dari ribuan atau jutaan hal yang terkait dengan mesin besar tanah air ini. Wanadri, perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung dan beberapa anggota perhimpunan sejenis lain sperti KSR ITTelkom, AMP Unpad dan lain-lain mengoperasionalkan konsep-konsep yang disusun. semua komponen adalah penting di sini. konsep dioperasionalkan dan suatu saat lain operasional dikonsepkan.
hari pertama, pembukaan, menarik buat diamati, pencitraan para muda mudi penggiat KAT/kegiatan di alam terbuka atau pecinta alam sebagai manusia yang bebas terlihat dari style cara berpakaian, atribut, warna-warni pakaian, pernak-pernik aksesoris yang dipakai di badan atau pakaian, sampai potongan rambut.
saat gladi bersih upacara pembukaan dilakukan, butuh waktu yang cukup lama untuk sekedar menata barisan. apel atau upacara adalah budaya militer yang tertib dan teratur, sedangkan para peserta adalah orang-orang bebas yg ekspresif, yang mungkin sebagian dari mereka sudah lama tidak pernah mencicipi budaya tersebut. Sersan satu Hasim, kameramen yang berdiri disebelahku cuma senyam-senyum menyaksikan kontradiksi-kontradiksi yg terjadi. ia tertawa ketika melihat para peserta tertawa-tawa melihat kawannya yang menjadi komandan upacara melakukan kesalahan, yang memang wajar ditertawakan. "Kalo kita yg di militer upacara adalah hal sakral, melihat peserta yg bisa tertawa-tawa atau tepuk-tepuk tangan, kita melihatnya aneh, gimanaa gitu," kata sersan satu Hasim. Meski tidak sempat terdengar lontaran gerutu peserta yang merasa "terperangkap" di sebuah peradaban berbeda, kami dapat melihat raut muka sebagian peserta yang menahan gerutu, protes, uneg-uneg karena "diteraturkan", meski sebagian lagi nampak enjoy-enjoy atau masa bodoh saja mengikuti alur skenario. dua budaya yang berbenturan.tapi lambat laun dengan atau tanpa keterpaksaan, semua dapat menempatkan diri di posisi-nya masing2. standard-standard pergerakan seperti "harus memakai sepatu", dapat dipatuhi para peserta dengan berbagai macam cara.
tak apalah, sebuah pelajaran didapatkan, menghormati aturan pihak yang dituanrumahkan. dan hal ini juga sudah diantisipasi tuan rumah juga, militer punya caranya sendiri. penyamaan persepsi, dan itu dapat dimulai dengan meninggalkan ciri2 individual atau kelompok perhimpunan asal, dimulai dari menyeragamkan pakaian atas & topi peserta. kalau kita hubungkan dengan kenyataan pahit yang bergelombang melanda tanah air kita tercinta, -yang ternyata tidak berbanding lurus dengan "kemajuan signifikan" demokrasi indonesia yang selalu kita banggakan dan menghiasi headline koran lewat hiruk pikuk pilkada menggeser topik-topik ekonomi yang selalu buram-, ada sebuah situasi dimana persepsi dan pola pikir perlu untuk disamakan dan ada juga situasi dimana persepsi dan pola pikir dapat dibiarkan bebas. kita saja yang tersesat mempertentangkan secara menghabiskan energi bahwa suatu perlu diatur atau tidak, dan lalu pada aplikasinya justru kita tidak pernah mengatur dan menghasilkan apapun, meskipun tidak berarti dibelakang topi atau baju yang sama akan ada otak yang benar-benar sama.
upacara pembukaan mulus tidak terjadi kejadian-kejadian aneh, konyol, lucu atau memalukan. sepertinya everything allright, and everyone happy, (who knows?).
termasuk saya, karena kebetulan saya termasuk yang mensakralkan sebuah upacara seperti itu. dan tanpa menaruh di depan segala persepsi negatif soal militer di tanah air atau misi2 penggalangan, kita layak senang dengan kegiatan seperti ini. dan yang jelas mereka beruntung memiliki kesempatan menjadi sebagian manusia berempati terhadap manusia lain yang terdera bencana, meski kesempatan itu belum tentu akan diambilnya kelak. dengan empati itu mestinya dia dapat menikmati keindahan sebuah kesederhanaan, dari hal-hal biasa yang ada di dekat kita, mengamati Indonesia & masyarakatnya dari dekat, sebagai sebuah anugrah Tuhan yang luar biasa.

(ngedit dari 100th ke 80th)
bersambung ya'e

Read More......

Wednesday, November 5, 2008

kabut awal november


itu kabut awal november
yang dibawa angin lembah burangrang
atau kondensasi nafas pepohonan pegunungan sunda
itu juga danau situ lembang
yang dulu pernah kupikir kami tidak akan bertemu lagi
tapi kemauan menemukan jalannya yang pernah mustahil
beberapa orang telah beruntung menemuinya
berarti juga beberapa yang lain beruntung tidak menemuinya
itu semua saksi mata soal manusia-manusia yang menemui ujian-ujiannya
melewati dengan nyata batas manusia, sebagian tidak mampu melewatinya
bukan soal uang atau materi, tapi konon soal kehormatan
ragu-ragu kembali sekarang juga
itu juga hujan bulan november
yang deras mengguyur tanah-tanahmu
ia membawa kesuburan dan sekaligus desak kesulitan yang cuma perlu dinikmati
tanah-tanah becek menempel menyelip di sol sepatu lars
di depannya lagi ada bunga mawar
warnanya ragu-ragu, tidak putih atau bener-benar merah
bahkan kali pertama mataku tertuju padanya-pun kupikir bunga rumput liar
ia cenderung merah jambu, dan keraguan-raguannya adalah keindahan
dan sejak pertama ia telah bertualang

ia tidak tumbuh di pekarangan rumah mewah yang dipagar tinggi
ia tidak tumbuh di pameran tanaman
ia tumbuh dari siraman hujan dan embun dari alam raya
mungkin dulu seorang iseng "membuangnya" kesana
jauh dari habitat yang "seharusnya"
tapi begitu, dia tumbuh subur, di musim hujan november ini
dan mungkin meranggas pada musim kering nanti
atau malah berkembang sepanjang masa karena adaptasinya?
menilik batang-batang dan duri-durinya yang kokoh menyebar
dia menyimpan genetik yang tangguh dan ulet, jauh di atas kesadarannya
itu tunggul-tunggul kayu, sisa penebangan yang timbul tenggelam tertutup air danau
di seberangnya yang jauh di sisi sana, aku masih ingat sungai cimahi
yang jernih menyediakan sumber air bagi makhluk yang "tersesat"
di kanan kirinya batang-batang kayu yang tertutup lumut
penanda arah matahari terbit atau tenggelam
itu hujan awal november
seperti juga hujan yang menahan seorang gadis yang pulang sekolah
seperti yang ditunggu anak-anak kecil yang akan main bola
seperti yang ditunggu petani yg sudah mulai menghitung kerugian dari sewa pompa air para juragan
seperti yang ditunggu orang gila yang membayangkan hujan sebagai suatu sumber kekuatan yang magis
itu kabut awal november
yang kutunggu momen terbaiknya, setidaknya menurutku
mula-mula ia tipis menutup ujung-ujung punggungan
hampir-hampir menyentuh permukaan air danau
lalu beberapa saat berikutnya bersama hujan ia melengkapi misteri hutan tropis
yang kemudian ia coba kita abadikan di hadapan mata kita
meski sebenarnya dia sudah tersimpan lama di hati dengan gambaran yang jauh lebih indah



Read More......

Saturday, November 1, 2008

menandai daerah kekuasaan


seperti sudah menjadi galibnya dunia hewan
adanya suatu wilayah yg dianggap menjadi teritorial hidupnya
dikaitkan dengan sumber-sumber daya yg hendak & atau telah dimilikinya
atau tidak tepat begitu sebenarnya
tepatnya soal pertemuan kembali dari mahluk-mahluk tuhan
menghirup kopi, menyalakan sebatang rokok dan berdiskusi
menahan udara dingin yg menembus sleeping bag
menahan dingin air yang pernah tembus juga ke celana dalam
dinginnya kupikir sudah berubah, tidak setangguh & selekat dulu
tapi rupanya aku yang salah, aku terlampau berpersepsi sebaliknya bahwa kamu telah berubah


hari-hari berikutnya cintanya yang dingin & lekat sampai ke tulang sungsum
membangunkan dari tidur dalam jeda yang sebentar sebentar, dingin menusuk
dalam beberapa hari segera kusadari cintamu masihlah sangat besar, tangguh, dingin dan lekat.
hari-hari di sini banyak hal yang sempat mengisi cakrawala pikiran
soal perjuangan menembus kemustahilan, soal nasib, soal wanita, soal harapan dan kenyataan, dan juga soal kesetiaan.
seperti yang dilakukan para hewan, kutandai titik2 yang pernah kudatangai di tanah air ini atau di dunia.
biar sederhana kuanggap menandai daerah kekuasaan.
kutandai di GPS, kutandai di kakus-kakusnya, kutandai dengan foto dan kutandai juga di sini.

situ lembang 1 Nov 2008, tulisan diselesaikan jam 02.28



Read More......