Thursday, February 5, 2009

Realisasi


Akhirnya ngetik juga.
Mengingat liburan yang telah kami lewatkan kemarin, mengingat kembali soal rencana2, harapan2 dan kenyataan.
Boleh dikatakan, perencanaan perjalanan liburan kemarin lumayan "serius", seperti yg pernah kutulis sebelumnya,arti serius, ada banyak hal yang sudah kami buat rundown-nya, acara-acara apa saja, kapan waktunya dan lain sebagainya, meskipun settingan itu baru tersimpan di otak.
Liburan kali ini ombak pantai lumayan besar, laut biru seperti kaca atau agar-agar tidak sepenuhnya terjadi. Sunrise yanng ditunggu selama dua hari tergantikan oleh hujan yang selalu turun mulai dinihari atau sehabis subuh. Parasailing,-main parasut dgn ditarik motor boat-, tidak dapat dilakukan krn angin darat yang bertiup dominan, artinya bila dipaksakan terbang, tidak dapat diprediksikan akan turun di bagian sebelah mana dari lautan luas laut cina selatan atau laut natuna itu.
Lalu kemudian, pencapaian-pencapaian atas keinginan-keinginan rupa-rupanya tidak mutlak harus seperti rundown di atas. Toh, memang sejak semula tidak mutlak memposisikan diri event organizer atau biro perjalanan wisata, kalau kemudian orang tua lebih menjadi sopir, fasilitator lapangan, baywatch, atau sesekali pencerita dan pengawas main anak-anak yang sedang full energi, tentu tidak perlu disesali.
Melelahkan tapi sekaligus menggembirakan.
Setiap aktivitas liburan yang dilakukan tentu mempunyai makna tersendiri, terutama buat anak-anak yang gelas menyerap pengalaman seperti bocor saja alias tidak pernah penuh. Apapun aktivitas, naik motor boat, naik banana boat, memancing, memasak di alam terbuka, makan di alam terbuka, berenang di pantai lalu berenang di kolam, membuat goa-goaan di pasir, aku yakin akan memberikan bekal buat hidupnya next
time atau suatu saat kelak yg belum tentu dapat didefinisikan. Minimal, pikirku, setelah liburan bila anak-anak diminta gurunya buat nulis atau bercerita pengalaman selama liburan atau unforgetable experience, sudah ada bahan buat mereka.
Liburan, di dalam perspektif anak-anak tentu sangat berbeda dengan kita sebagai orang yang lebih dahulu lahir. Dia tergambar dari pernyataan yang ada menyelimuti seputar alam pikiran mereka dan keceriaan serta tanda tanya yang terpancar dari mata mereka.




Obrolan,
Kukhri : Pa, pesawatnya kok lembet (lambat), nggak kayak di Jogja, pesawatnya cepet.
Pa'e : Ini juga cepet kak, nanti lihat kalo ada awan baru kerasa kalo cepet (bener ga ya?)

Pa'e : Kak boga, tadi naik skate board-nya (speedboat penarik banana boat) enak ya Kak? Wah, hebat ya, naik skate board, pake pelampung kayak baywatch. Enak Kak?
Kukhri : Enggak.

Pa'e : Wah, kak boga hebat ya berani ketengah laut sama omnya, pake pelampung. Berani ya kak?
Kukhri : Takut ah.

Beryl : Kemarin Dik Ai (Beryl) main... main... (pikiran lebih cepat dari mulut)
Kukhri : Mau ngomong main ke pantai kan? Ah, itu terus. (Sergah Kukhri yang selalu menganggap beryl sbg orang dewasa, beryl memang sering bicara main di pente (pantai).

Niven : Pa, nanti mancingnya kalo di sini dapet ikan apa Pa?
Pa'e : di sini ada ikan kakap, ada ikan kerapu
Niven : nanti dapat ikan emberjen sama gigi anjing (waduh, ikan apa lagi ini?)


niven : 7,5 th
kukhri : 5 th
beryl : 2,5 th


Medan, 5 Feb 09, 21:44, ditengah-tengah workshop yg menjemukan
(setelah proxy server andalan diblok, akhirnya kembali ke proxy server yg banyak ngeblok situs ini itu)






2 comments:

Anonymous said...

Volga.....kamu cool sekali :)
Kak niven, kayaknya makin cerdas ya?
Berryl...cerewet kayak emaknya nih ayaknya
Adeknya Berryl.....ikut berskate board ria di dalam sana kan??

Anonymous said...

wow... foto landscapenya keren, om.
ternyata berbakat juga :-P
ayo, ndang dibikin fotostorinya...