Tuesday, October 21, 2008

Bicara Pantai Bengkulu

Belum ke Bengkulu kalau belum ke pantainya, Bengkulu sebagai propinsi memiliki pantai yang memanjang dari Selatan ke Utara. Boleh juga disebut sebaliknya. Konon batas selatannya dari simpul2 Bintuhan-Manna-Bengkulu kota, masih kusebut konon, karena segmen itu belumlah diberi kesempatan oleh yang maha kuasa buat menjelajahinya. Lalu simpul-simpul utaranya Bengkulu kota-Lais-Ketahun-Ipuh-Muko2. Hampir 90%nya perjalanan segmen tersebut adalah perjalanan penyusuran pantai baratnya Sumatra. Dapat ditebak gambaran yang indah itu, jalan raya, pohon2, tiang2 listrik, mobil dari arah berlawanan, rumput2 tinggi di sisi sebelah dan pantai yang menghadap samudra luas di sisi yang satunya.
Demikian juga kalo kita zoom Bengkulu kota. Dari tengah kota, harum bayu & belaian angin laut sudah terasa. Tidak banyak kota yang menghadap samudra lepas seperti Bengkulu ini. Menghadap Samudra Hindia. Wajar bila kemudian dapat dilihat sampai dengan sekarang, benda2 saksi mata datangnya penjelajah-penjelajah samudra seperti Londo Inggris & Londo Belanda yang konon kemudian karena sebuah perjanjian perdagangan terjadi tukar menukar, antara Bengkulu & Singapore. Dan kemudian pendatang yang lain tentu etnis China.
Ke arah utara Pelabuhan Lama kita temui Pantai Panjang. Hamparan pasir putihnya khas, butiran-butiran pasir putihnya kecil-kecil atau halus kecoklatan, pertanda bahwa proses yang alam yang terjadi di sana sudah sangat purba. Dasarnya cuma membandingkan karakteristik pasir putih kecoklatan di Pantai Panjang ini dengan butiran-butiran pasir putih yang juga di beberapa tempat ditemui di pantai-pantai selatan Jawa yang juga menghadap ke samudra lepas, yang butirannya cenderung kasar, proses alam yang "masih muda", seperti di sepanjang pantai Wonosari Gunung Kidul DIY mulai dari Baron-Krakal-Kukup-SUndak-Siung-WediOmbo-Sadeng. Atau beberapa ditemui diantara pantai-pantai Jawa Barat mulai Karang Nini-Pengandaran-Cipatujah-Leuweung Santjang-Cibaluk-Cijeruk-Pameungpeuk.
Ombak yang besar yang seharusnya muncul sebagai konsekuensi dari pantai samudra, tidak kita temui di Pantai Panjang ini. Hal ini terjadi karena Bengkulu merupakan semacam teluk, sehingga pantainya terlindungi oleh sebuah daratan atau semenanjung yang menjorok ke laut. Vegetasi di Pantai Panjang ini cukup unik, bukan pohon kelapa seperti biasanya, tetapi pohon2 cemara, yang belum dapat kami temukan awal-mula kejadiannya. Lebih ke depan pantai semak-semak liar dan bunga-bunga rumput lazim ditemui di pejajahan lain di Indonesia ini. Ombak pantai yang kecil bersahabat yang didorong angin laut lepas yang kadang nakal dan kadang berwibawa. Adakalanya dia datang menghembuskan udara ke otak kita yang menstimulir ingatan soal sejarah masa lalu manusia dan daerahnya, adakalanya dia menstilulir kesyukuran atas perjalanan-penjelajahan yang telah dilalui saksi mata atas tanah air Indonesia, adakalanya dia akan menstimulir ingatan soal keindahan wanita dan momen2 yang terhubung dengannya.
Lalu langkahmu ke utara akan membentur kokohnya Fort Marlborough. Dengan posisi yang sangat strategis, meriam dan lubang2 pengintaiannya juga menghadap langsung ke lautan lepas. Dan di gerbang tertuliskan memori pendudukan masa lalu yang terpahat di pintu baja. Dan tentu di sana ada kamar serdadu, gudang mesiu dan penjara. Sebelah kirinya benteng ada Pecinan, melihat tata letak dan aristektur bangunannya, sepertinya gelombang manusia itu datang bersama armada kapal-kapal Inggris atau Belanda. Itu jalan Tengiri, dan disana ada pasar, di depan pojoknya pasar ada warung makan, meski lebih mirip ke Warung Padang tapi aku anggap saja warung Bengkulu. Ikan laut bakar bumbu kuning, sambel tempoyak dgn udang & pete, oseng terong campur jengkol, sambel ijo. Dan jangan lupa segelas kopi, dari biji2 kopi terbaik di tanah air.
Balik lagi ke Benteng, utara Benteng ada Tapak Padri. Dua buah arah pembicaraan memecahkan perhatianku, satu arah bicara soal sejarah Tapak Padri ini, satu arah bicara soal Wanita. Hal yang kedua lebih menarik perhatianku, sehingga penjelasan kawan penunjuk jalan cuma lalu saja di telinga.
Sore hari yang lain duduk di pantai utaranya Tapak Padri, di dekatnya perahu-perahu nelayan, menunggu sunset. Rupanya keberuntungan momen hari itu belum berpihak ke kami. Sunset yang kami tunggu tertutup mendung yang pekat. Hanya sekali saja ia mengintip di sela awan, itupun cuma 4-5 detik. Penghiburanku sore itu memperhatikan anak-anak nelayan yang bermain bola di pantai pasir itu. Lebar lapangan cuma dibatasi perahu nelayan, beton penahan ombak, gawang dari dua kayu ditancapkan dan diberi bendera, serta lidah gelombang yang dinamis maju mundur. Keceriaan anak-anak, yang bebas dari politik dan politisasi. Keceriaan yang polos & indah, yang sepertinya akan berubah seiring dengan kontaminasi gemerlapnya trend dan gaya hidup yang dipajang di etalase TV-TV. Lalu mulailah muncul kebutuhan HP, tidak cukup dengan surat-suratan. Akan muncul kebutuhan sepeda motor, tidak nikmat lagi sepeda onthel atau jalan kaki. Bapaknya yang sedang tidak melaut akan mulai diminta memutar otak buat beli voucer telpon genggam.Ya, itu proses kebudayaan yang tak juga kuasa kita lawan karena mayoritas kita tanpa sengaja mendukungnya. Setidaknya sore itu, meski satu dua orang menjadi tidak polos lagi krn pengin difoto, kegembiraan anak-anak itu benar murni dan lingkungan yang ada masih sanggup untuk mencukupinya.
Sore itu, andai saja matahari menjelang sunset bersinar terang, karakter aktifitas sore itu akan makin hidup & terpancar kuat. Apa boleh buat? Lalu kepikir juga, andaikan ada keindahan bunga rumput, keindahan sunset & barangkali kehindahan wanita. Mestinya sore itu menjadi momen yang terbaik, diantara momen2 terbaik yang pernah ada di dalam hidup kita.

nulise dicical cicil selagi mood




2 comments:

Anonymous said...

om kumendan,
deskripsinya keren tapi alurnya ngalor ngidul, blockingnya ndak kaya biasanya. klo baca jadi mendayu-dayu. begitu.
kritik ki.
btw eniwei nuansanya tetap terbayang betapa syahdunya...

Anonymous said...

Iyo memang kok le, mungkin mergo nulise dicicil pirang2 ndino, pas ijo yo nada dasare ijo, pas mood-nya hewes2 yo nada dasare hewes2.
Wong sing lagi hewes2 memang jarene muter2 lan sok ngalor ngidul bingung leh arep mulai. Dan mungkin nada dasar ini sering muncul. Dadine yo mendayu-dayu kuwi mau. He he. Wisbenlah