Tuesday, August 26, 2008

Be Prepared?

Beberapa kali kami memperbincangkan soal "be prepared" ini. Sebenarnya lebih kepada suatu monolog, krn dalam perbincangan itu saya belum sempat menyampaikan soal be prepared dalam persepsi saya, yang tentunya sangat dipengaruhi hal-hal yang menjadi pendewasaan saya, dan tiap orang tentu berbeda-beda.
Ya sudahlah, hari ini baru berkesempatan saya menyampaikan pikiran saya soal itu. Dimana saya mengutip dari bukunya Scouting For Boys, Lord Badden Powell of Gilwell. Dalam terjemahan cetakan tahun2 70an yang saya baca waktu kuliah, dari perpustakaan Astacala, dijuduli "Memandu untuk Putra." Buku itu begitu mempengaruhi jiwa saya, tentu krn juga bertemu lingkungan sekitar tempat saya tumbuh yang kemudian menyatukan auranya.
Kalau kita artikan dalam terjemahan langsung para ahli bahasa landa inggris, maka akan diartikan sebagai bersiap-siap, mengantisipasi atau berjaga-jaga segala kemungkinan yang terjadi dll yang senada dengan itu. Tapi bagaimana menurut Bapak Pandu Dunia itu?
Be prepared juga diartikan sebagai "bersedia!" atau "siap sedia". Dalam salah satu kalimatnya kurang lebih begini : Seorang Pandu sejati dipandang oleh orang lain sebagai seorang yang dapat dipercaya & diandalkan, seorang yang tidak akan mengecewakan saat menjalankan kewajiban-kewajibannya seberapa pun besar resiko & bahayanya, seorang yang selalu riang & gembira seberapa pun besar kesukaran yang dihadapinya. Dalam kalimat yang lain, selalu siap sedia dalam tataran mental & fisik. Dan sang penulis buku, menuliskan apa-apa yang dirasakan & dialaminya dalam sepenggal perjalanan hidupnya.
Be prepared atau bersedia atau bersiap sedia dalam arti yang luas sebagaimana yang kami kutip dari jiwanya kepanduan (lawan kata arti di kamus) itu, dengan petualangan dan pengembaraan adalah sesuatu yang berjalan beriringan. Seorang yang menginginkan pengembaraan akan mempersiapkan dirinya, dan setelah itu melakukan pengembaraan.
Hal yang berbeda dengan memposisikan diri kita sebagai bersiap-siap, mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi, lalu berjaga-jaga dan selanjutnya kita berlindung di balik nyamannya cotton-wool (meminjam istilah Roosevelt), tanpa pernah muncul minat apalagi mengalami langsung penjelajahan atau petualangan.
Lalu bagaimana mencapai hal itu? "Mengembara, ke tempat yang jauh dari rumah, menemui tempat baru, adalah pengalaman yang gilang gemilang. Itu menambah kekuatan & keuletanmu, sehingga engkau tidak peduli dengan angin & hujan, panas dan dingin. Kamu terima itu semua ketika mereka datang, menyadari akan kesanggupanmu itu, yang membuatmu mampu menghadapi setiap kesukaran lama, dengan senyuman, dengan keyakinan bahwa pada akhirnya engkau akan menang."
Dan mengapa atau dengan tujuan apa mengembara? Bahkan Magellan dari Portugis atau Laksamana Zheng He, meskipun memperoleh perintah yang jelas rajanya untuk "mencari sumber rempah2" tidak pernah mendefinisikan itu sebagai tujuan pengembaraan, karena dalam hati mereka hanya ada keinginan yang kuat untuk menjelajahi dunia baru, dan lalu mungkin mengabarkan kepada dunia apa yang mereka jumpai, suka dan dukanya, meskipun diam-diam mereka menyadari bahwa tidak ada jaminan mereka akan kembali pulang. Entah karena sebuah kecelakaan, entah karena dimana pun berada adalah rumahnya.



1 comment:

Anonymous said...

Lha yang ini lumayan serius juga. Jadi ga berani masuk ke blog satunya.
Berat ki...