Monday, November 10, 2008

drama sedih milik ibu


seorang ibu menangis sampai terduduk, ketika sebuah mobil caraka kurir berita angkatan darat amerika memasuki halaman luas rumah ibunda tersebut. seorang ibu, seorang wanita yang tanpa harus dibacakan isi beritanya-pun sudah cukup mengerti dan merasakan apa yang telah terjadi. ia telah kehilangan anak-anak laki-lakinya yang sangat dicintainya. sebuah berita duka tentang tiga ryan-nya dari dari empat ryan yang dimilikinya yang berangkat ke medan perang di Normandia, Prancis. tiga buah berita duka yang diterimanya dalam hari yang sama.
cerita utama perang tentu soal heroisme yang menggelora dan pertarungan ideologi yang sangat global soal hitam putih, benar salah, atau jahat baik, yang kemudian menjadi headline di koran-koran atau media. sementara detail-detail fragmen-nya adalah kedukaan seorang ibu yang begitu mendalam terhadap anak-anak yang dicintanya, yang dibesarkannya sejak kecil mulai dari ditimang-timang, membelikannya mainan, menyekolahkannya sampai kemudian sejarah merenggut anak-anaknya. kalau kemudian ryan yang ke-empat yang bertarung dalam pertaruhan hidup dan mati di seputar koordinat Neuville-au-Plain, Manche, berhasil diselamatkan sebuah regu pencari yang dipipin oleh kapten miller, dan lantas datang juga kemudian sebuah ucapan terima kasih dari presiden-nya, tidak akan menghilangkan sedihnya kehilangan tiga putra tercinta.
fragmen pertarungan ideologi yang berujung pertempuran baik skala besar maupun terbatas selalu menghadirkan kedukaan dari orang-orang yang mencintai pelaku-pelakunya. bahwasanya suatu saat ideologi yang dipercaya paling benar-pun akan menemui egoisme-nya, disamping relativitas kebenaran dari ideologi itu sendiri. dia akan membuta kepada segala sesuatu selain kepentingannya. dan hal ini rupanya akan terus terjadi sepanjang sejarah. semua pihak yang bertarung mengalaminya dan soal siapa sutradara-nya saja yang kemudian menggerakkan pena menulis skenario atau memoar. bukankah sejarah adalah milik dari para pemenang?
beberapa jam lalu baca berita, nonton TV, soal eksekusi mati 3 orang anak manusia yang meyakini secara mutlak kebenaran-kebenaran prinsip2nya yang bagi mereka sebagian diilhami oleh penindasan-penindasan yang tiada pernah menemui pembelaan, yang kemudian dipercaya sebagai sebab membenarkan & menggerakkan teror. tetapi yang lebih pasti dari soal pertentangan kebenaran itu, dibaliknya adalah soal dua orang ibunda yang kehilangan anak-anaknya. ibu hj embay badriyah kehilangan putranya abdul azis alias imam samudra dan ibu tariyem yang kehilangan mukhlas & amrozy.
dan hari itu, nyatalah sekali kasih seorang wanita yang disebut ibu itu, kasih dan cinta yang begitu lengkap, ia yang melahirkan anak-anaknya dengan rasa sakit dan taruhan nyawa, ia yang membesarkan anak-anaknya dengan kecukupan yang diada-adakan, ia yang mengurus anak-anaknya itu ketika berak di celana di waktu kecil, ia juga yang mengantarkan anaknya ke mendaftar ke sekolah ketika TK atau SD kelas satu, dan kemudian ia juga yang mengantarkan anak-anaknya itu ke kuburnya.
mereka berkumpul dengan alasan-alasan yang dapat dimengerti, dan mereka kemudian berpisah oleh sesuatu yang belum tentu dimengerti. kasih sayang yang tidak mengenal batas-batas ideologi dan tidak mengenal pertarungan 'maksud baik'.

....
One of the more famous incidents occurrred during the Civil War when President Lincoln wrote a letter to a Mrs. Bixby, who had lost several sons in the conflict. He states :

I have been shown in the files of the War Department a statement of the Adjutant General of Massachusetts, that you are the mother of five sons who have died gloriously on the field of battle.
I feel how weak and fruitless must be any words of mine which should attempt to beguile you from the grief of a loss so overwhelming. But I cannot refrain from tendering to you the consolation that may be found in the thanks of the Republic they died to save.

I pray that our Heavenly Father may assuage the anguish of your bereavement, and leave you only the cherished memory of the loved and lost, and the solemn pride that must be yours, to have laid so costly a sacrifice upon the altar of Freedom.

Yours, very sincerely and respectfully,

Abraham Lincoln




1 comment:

Anonymous said...

Hal yang paling menyedihkan di dunia ini bagi orang tua adalah ketika dia harus menguburkan anak kandungnya sendiri. Baik dalam suasana heroik, hampa, ataupun sedih pada umumnya, terkait dengan perjuangan ataupun status yang disandang si anak.
Entah petuah ini aku dengar dari mana asalnya.
Good opinion, satu sisi yang terlewat dari sekian banyak kabar tentang lelakon ini.
Ternyata melankolis juga.