Monday, November 10, 2008

wong pinter

perumahan tempat kami tinggal saat ini dikelilingi oleh parit yang selalu penuh oleh air, baik musim hujan maupun kemarau sebelumnya (cuma punya data referensi 1 tahun lalu). hal ini rupa-rupanya terjadi krn memang lokasi perumahan ini dulunya adalah rawa-rawa yang lalu sebagian diurug untuk memenuhi kebutuhah luas perumahan.
apa yang terpikir pertama kali saat tinggal sini mulai tahun lalu?
banyak nyamuk, jelas, dan rupa-rupanya lagi, melihat tampilan air parit dan aktivitas-nya secara snap shot, saya punya feeling tempat ini banyak ikan!
kekayaan alam yang "dahsyat' di tengah tahun 2008 ini, di sebuah kota yg tumbuh pesat (referensi berpikir tentu kota2 di jawa).
benar saja, beberapa malam sejak tinggal di sini kami sempat obrservasi "serius", dan benar saja suatu malam terpergok oleh senter kami, seekor ikan gabus dengan ukuran yg cukup besar di parit depan rumah kami.
kesimpulan sederhana penyelidikan malam itu : kawan2 & lawan2nya juga bisa jadi buanyak, dan tempat yg paling ideal buat nongkrongnya ikan-ikan ini, persis di samping rumah kontrakan kami itu. saya selalu menghubung-hubungkannya dengan ingatan ttg rumpon di laut jawa tempat dulu suharto suka memancing. ya, terminal tempat nongkrong ikan2 ini adalah sebuah ujung parit yg berakhir di tembok batas perumahan, tepatnya 2 meter dari batas perumahan.
di atasnya parit tersebut ditutup oleh beton2 cor2an semen yang disusun berjejer-jejer setiap 1 meter atau 80 cm. diantara beton satu dan beton yg lain, terdapat lubang yang cukup besar, sebesar kira2 20 cmx 15 cm, cukup besar buat memasang kail!
dan tutup-tutup beton tadi akan mengkondisikan parit di bawahnya menjadi teduh, tempat yang bagus buat berkumpulnya ikan, yang akan kami pancing. kami amati juga, bahwa di tempat itu juga adalah pertemuan dua arah parit, di sekitarnya akan menjadi rendezvous ikan-ikan. keadaan yang komplit.
hipotesa soal itu tidak perlu waktu lama buat dibuktikan.
benar saja, beberapa hari bulan-bulan awal kami di sini kami isi dengan mancing, hampir tiap hari dan juga malam. aku yang orang gajian baru dapat melakukannya malam2habis jam kantor & jam keluarga, kecuali hari sabtu atau minggu bila tidak ke luar kota.dan perolehan yang kami dapatkan dari hiburan ini juga tidak sedikit.
pernah suatu malam, dalam waktu yg tidak terlalu lama, kami dapat perolehan 9 ikan betik (betok) dan 3 ikan gabus. jumlah yg lumayan dr sebuah iseng-iseng yang gratis.
dan anak-anak saya beruntung, menemukan tempat memancing, bermain, dan mengadu untung, rekreasi & petualangan baru menyenangkan dan gratis.
anak-anak menikmati saat petualangan seru ini, saat umpan yg dipasang ditarik buruan, saat ikan yang ditarik ke atas terlepas, saat ikan meronta-ronta di ujung kail dan sensasi-sensasi lain yg mahal krn sudah susah ditemukan di kota-kota besar, di jawa sana.
anak-anak mulai tahu jenis-jenis ikan, seperti ikan betok yang mirip ksatria romawi, karena sirip insangnya terlihat bergerigi & melambangkan kekuatan alam yang liar, atau ikan gabus yang tubuhnya gilig, licin dan mirip dengan ular itumereka juga merasakan menyantap hasil buruan mereka yg telah digoreng.
oia, pernah suatu hari niven menangis tersedu-sedu, malam itu saya dapat ikan gabus besar, tapi krn susah melepas mata kailnya, akhirnya ikan tsb mati dan setelah kami bersihkan cuma kami masukkan ke kulkas, siangnya pulang sekolah niven dapat gabus yang besar juga, dia senang sekali, ikan yg masih hidup itu ditaruhnya di ember, akan dipamerkannya kepadaku, ayahnya, dengan rasa bangga tentunya.
sebuah kesalahpahaman terjadi, istriku minta si mbak buat memasak ikan yg sdh didapat semaleman, dan rupanya si mbak jg tidak tahu bhw di kulkas sdh ada jg buruan saya. dan si mbak tanpa merasa bersalah jg, mengeksekusi ikan hasil buruan niven, yg masih hidup, bukan yg di kulkas. niven sdg lengah main di tempat lain, tidak menjaganya. pulang main sore itu, dia menemui hasil 'miskomunikasi' ini, dan dia menangis sejadi-jadinya. dia sedih ikannya sdh dimasak, dia sedih hari itu tidak dapat memamerkan hasil karya atau 'kemenangannya' kepadaku. kalau inget sore itu, saya merasa bersedih, larut dlm kesedihannya niven, dengan niat baiknya.
beberapa waktu kemudian, kami telah melupakan kejadian itu, kami memulai kembali aktivitas memasang umpan jangkrik atau ulat bambu ke mata kail.
suatu hari, kesenangan itu mereda, terkalahkan oleh kelelahan-kelelahan dunia kerja yang kadang sulit dimengerti arah larinya yang lalu mengkompensasi kita dengan mengalahkan kesenangan-kesenangan kecil. pikirku, minat terhadap kesenangan tadi akan segera timbul bergelombang, padaku & anak-anakku.
suatu hari ada rapat RT yang tidak dapat kuikuti, dan memang, tidak banyak jumlah rapat RT & atau kerjabakti yg dapat kuikuti dengan load kerja yg demikian tinggi, alasanku. rapat itu tergerak karena kasus-kasus demam berdarah (DB) yang tinggi di kota ini, dan nyamuk2 yang tinggal di parit menanggung persepsi soal DB tersebut dan yg jelas tidak punya lembaga perwakilan tanya jawab hanya dapat menerima vonis tanpa perlawanan politik. penghuni-penghuni perumahan kalau aku perhatikan banyak "orang pinter" dan "penting", ada dokter, ada pegawai perkebunan atau pertanian, ada dandim, ada kapolsek, ada pak haji, ada pegawai pertamina, ada juga pegawai kantor telepon, ada juga pensiunan. latar belakang pendidikan-pun sudah tidak perlu diragukan lagi. orang-orang pinter. dan keputusan rapat malam itu adalah, untuk mencegah agar nyamuk tidak merajalela, maka "ujung" parit yang kami sebut sebagai terminal ikan tersebut harus ditimbun. diharapkan dengan menimbunnya, makan air di parit akan mengalir, sehingga nyamuk tidak dapat berbiak di sana.
Hah? tidak salahkan? logika bersama apa yang diambil? apakah orang-orang pinter di forum tidak mennyaidar bhw air yang ada di parit lebih krn dia masih menyimpan karakter rawa, bukan krn kontur yg tidak miring atau satu titik yg dianggap sebab? dan lalu harus ditimbunlah segmen sekitar 5-6 meter, yg pikirku tidak akan berdampak sedikitpun terhadap ratusan meter segmen yang lain yang memang tidak pernah mengalir? sebelum penimbunan beberapa kali kami sempat ngobrol dalam forum-forum terbatas beberapa org, mencoba mempersuasi mereka bhw yg mrk akan lakukan sia2. jujur lebih juga dipengaruhi kekawatiran hilangnya 'tempat main tempat mancing' kami yang menyenangkan itu. ingatanku melayang ketika saya SD dulu atau sebelum SD, di Semarang, dimana kami sempat memancing ikan betok di kali bima atau menawu ikan moto telu (tiga mata) di blumbang kampung belakang atau di blumbang di lokasi proyek (proyek perumahan elit), sebelum semuanya hilang, baik akibat degradasi kualitas lingkungan, atau berubah fungsi dari empang menjadi perumahan, arus kemajuan zaman.
beberapa hari kemudian pulang kerja aku dapati susunan beton penutup parit telah berubah, pelan tapi pasti segmen 6 meter terminal ikan, yang sesekali kami samakan dengan 'rumpon' seperti di berita-berita zaman suharto, ditimbun tanah urugan.
sedih dan kecewa, menyadari bahwa kebenaran umum atau keputusan bersama yang mulia, -yang notabene juga dihasilkan oleh pikiran-pikiran orang-orang pinter-, belum tentu itu kebenaran yang yg sebenarnya.
yang jelas kami kehilangan tempat bermain kami yg cuma bebrapa langkah dari pintu itu, dan nyamuk tidak pernah berkurang populasinya, dan parit tidak pernah mengalir seperti yang dibayangkan. konon memang, merasakan & menyikapi keseimbangan alam bukanlah fungsi dominan otak, rasio, atau kepintaran, tetapi dengan naluri, naluri yang terdorong oleh kecintaan, kecintaan akan alam apa adanya tempat kita bermain, berinteraksi, atau belajar dalam arti seluas-luasnya.


ditulis di malam pertama setelah balik mengungsi krn kebanjiran 2-3 hari sebelumnya.


2 comments:

Anonymous said...

halaman rumah di masa lalu dengan di masa sekarang hanya berbeda dimensi waktu. spiritnya masih sama.
sedangkan dari segi rasa dan pikiran, nuansa itu masih kental di dalam benak yang kadang karena faktor korsleting elektris dari jerawut2 neuron menjadikan itu disebut nostalgia atau risalah guru.
namun pembelajaran dari sejarah itu lebih bijaksana dibanding sekedar mencoba menarik demarkasi terhadap fungsi sejarah itu.
hehe mbales mbales...

DIAN said...

salah satu sifat air, mengalir. lalu kemudian mencari tempat terendah.