Wednesday, May 2, 2007

Yang Kuat Yang Kalah

Mon, 09 May 2005 13:35:19 +0700, I wrote :
Biasanya ketemu aku sama ibu itu. Di sebuah pasar tradisional (pasar Colombo Jl Kaliurang, red), di ujung pertigaan jalan masuk pasar. Aku yang hidup di kota dgn gampang mengenalinya sebagai orang desa yang jualan hasil bumi di kota, numpang hidup, tanpa kalung ato gelang emas berjejer2 style yg biasanya dipilih juragan2 pasar. Kali pertama kami bertemu kuperhatikan, keramahannya, dan dagangan2nya. Dagangannya tidak cukup banyak, cuma beberapa buah pepaya, setumpuk kecil sayuran, beberapa potong 'gori' dan kacang panjang.
Sebelumnya memang, kalo sempat beli pepaya ato sayur apa, biasanya berkutat di seputar 1000 rupiah. Kalo melirik kuantitas dagangannya, entah cukup atau ada sisa buat dia dan keluarganya numpang hidup. Ketika kutanya tempat tinggalnya dijawabnya "Klaten, nDeles," kira2 lebih dari 20 km sampai koordinat pasar tsb. "Naik apa bu?" tanyaku lagi. "Motoran", jawabnya. Diawang2 coba kuhitung motornya yang dua tak, harga bbm, hasil usahanya, dll. Apakah dia tak punya pilihan?
Akhir2 ini beberapa kali kami belanja ke pasar, sudah lama kami tidak bersua. Selidik ke pedagang2 di seputaran pasar itu, sebuah kecelakaan kabarnya menimpanya, entah kaki ato tangannya yg harus di pen.
(yang kuat yang kalah, mengutip essay foto Rama Surya)

No comments: